Sabtu, 12 November 2016

Cerpen pilu (cerpil) - Cinta yang belum tepat - Cerpen cinta remaja

Judul        : Cinta yang belum tepat
Karangan : Siti Al Kharomah
Kategori   : Cerpen Cinta remaja

                    Cerpil (cerpen pilu)


       Kami bersahabat sudah cukup lama, sejak awal masuk SMA ini, berbagai hal sering kami lakukan bersama. Layaknya upil dan bulu hidung, mungkin itu pengibaratan yang cocok untuk kami berempat. Selalu nempel, dan tetap kompak terus pastinya. 
       Kenalin, sahabat aku, si tomboy yang jago karate, Herawati Sukma namanya. Panggil saja Hera karena ia nggak bakal noleh kalo di panggil Wati ataupun Sukma, karena katanya nama – nama itu udah di pake sama tetangga di kompleksnya. Terus ada juga si ganteng yang sering kentut sembaranagan namanya Hendra Galuh, dia juga yang paling suka bercanda, dan selalu bisa mencairkan suasana, kalo ada dia di jamin nggak bakal garing deh pokoknya. Satu lagi, cowok berkaca mata dan punya lesung pipit yang mirip Afgan. Namanya Nandar Atmojo, biasa di panggil Jojo dia yang paling jago matematika, rumus – rumus matematika, akar kuadrat, akar alang – alang, akar tunggang, akar serabut, di lahap habis olehnya. Dan yang terakhir, kenalin namaku Hasna Karina, panggil aja Nana. Dan ini cerita kami.
       Bel istirahat berbunyi menandakan usainya mapel Matematika yang melelahkan ini tapi tidak untuk Jojo pastinya. Kami berempat pun lekas menuju kantin. Di kantin tiba – tiba Hendra bilang kalo kita boleh makan sepuasnya karena hari ini dia yang tlaktir.
“Kalian mau pesen apa, Na, Ra, Jo. Bilang aja, hari ini aku yang tlaktir, seeeepwuuasnyaaaa, hwohoho” tanya Hendra pada kami bertiga.
“Tumben – tumbennya kamu mau nlaktir kita, dalam rangka apa nih critanya?” jawab Hera yang terheran – heran.
“Hehe, semalem aku habis bongkar celengan soalnya”
“Bongkar celengan?, buat apa emangnya?” tanyaku pada Hendra.
“Iya Na, soalnya aku tuh mau beli jam tangan G-shock yang udah lama aku kepengen banget di toko jam sebelah toko buku loak itu tu. Kamu juga mau Na, kalo mau, nanti aku beliin juga buat kamu deh. hehe” jawab Hendra.
“Aku mau tuh Ndra” timpal Hera yang langsung aja nyosor tawaran yang padahal Hendra kasih ke aku.
“Nggak nanya kamu tuh, wek” balas Hendra sambil meletin lidahnya. Aku cukup senyum – senyum aja ngeliatin kelakuan mereka.
“Oh jam tangan yang itu Ndra, iya sih bagus, harganya juga nggak kalah bagus” timpal Jojo yang seolah tahu jam tangan yang Hendra maksud.
       Kami menikmati semangkuk Bakso dan segelas Es teh manis tlaktiran Hendra. Kami juga larut dalam canda tawa, di mana aku sampai terpingkal – pingkal melihat bibir ndower Hendra yang kepedesan. Karena menantang dirinya sendiri, katanya berapapun sendok sambel yang di masukkan ke mangkuk baksonya nggak ada apa – apanya. Hera langsung aja nuangin sepuluh sendok sambel ke mangkuk bakso Hendra. Ia lahap aja sambil nahan gengsi karena perkataannya tadi, wajahnya memerah dan bibirnya ndower, lalu terbirit – birit menuju toilet sambil memegangi perutnya yang katanya terasa panas dan meninggalkan kami bertiga dengan kentutnya yang busyet baunya harum kaggak ketulungan, seharum aroma bunga Raflesia Arnoldi. 
Tadi pas makan bakso aku juga sempat melihat Jojo yang diam – diam memandangiku tanpa berkedip, Aku hanya bersangka ia sedang memikirkan sesuatu, yang hanya saja nggak sengaja tatapan matanya yang berkaca mata itu kebetulan mengarah padaku. 
       Dan akhir – akhir ini aku sering dapat kiriman dari orang yang nggak aku kenal. Hari pertama aku dapet sepucuk surat yang amplopnya berwarna ungu yang terselip di dalam tasku, Hari berikutnya juga begitu, seikat mawar merah di laci meja, hari berikutnya lagi ada kado dan sepucuk surat beramplop coklat. Aku tidak tahu siapa pengirimnya.
       Aku buka dan aku baca kiriman dari orang misterius itu di rumah. Sepucuk surat beramplop ungu di hari pertama berisi sebuah puisi singkat yang indah.

Kepada angin yang berhembus pelan
Sampaikanlah rasa kepada yang kutuju
Karena terlalu sesak rongga hati ini
menyimpan rasa yang tiada terperi
padamu, semoga kau mengerti

Lalu kiriman di hari kedua, sekuntum mawar merah, yang aku yakin sih itu bukan mawar yang di beli di toko bunga, karena masih banyak duri yang menempel di batangnya. Kiriman di hari ketiga berupa kado berbentuk kotak pipih yang di dalamnya ternyata DVD yang berisi lagu – lagu dari band yang aku suka dan sebuah amplop coklat yang menyertainya.

Nikmatilah lagu – lagunya
Semoga kau suka

       Aku semakin penasaran di buatnya, siapa pengirimnya. Apa arti dari sepucuk surat berisi puisi indah itu, juga bunga mawar itu, dan kado berupa DVD yang berisi lagu – lagu dari band yang aku suka, kenapa dia juga tahu apa yang kusuka, siapa dia, siapa? Pertanyaan itu terus memenuhi kepalaku. Akan ku cari tahu siapa dia, orang misterius ini.
       Dan lagi – lagi hari ini aku dapat sepucuk surat, beramplop merah di laci mejaku, langsung aja aku buka dan aku baca isinya. 

Aku tunggu ya, di taman sekolah nanti pas istirahat ke dua

Singkat, padat, dan jelas. Aku semakin penasaran di buatnya, Siapa orang ini, yang pasti akan ku temuinya nanti. Dan aku semakin tidak sabar menunggu waktu istirahat ke dua. Istirahat pertama seperti biasa, aku ke kantin bareng Hera, Jojo dan juga Hendra, ngobrol, ketawa bareng. Tapi ada yang aneh dengan sikap Hendra, dia keliatan kaya orang yang lagi kesambet, sering senyum – senyum sendiri, dan kelihatan seneng banget hari ini, kalo di tanya dia cuma senyum aja, si Jojo malah jadi tambah pendiem dan kelihatan kaya orang tegang gitu wajahnya. Pas istirahat ke dua, Hera ngajak kami ke kantin. Jojo menolaknya, katanya dia mau ke Perpus, mau pinjem buku, tapi wajahnya kelihatan tegang gitu. Si Hendra juga nggak bisa soalnya tadi di panggil guru BP, karena ketahuan loncat pagar sekolah kemarin. Aku juga nggak bisa, aku kan mau mau ketemu orang misterius itu, tapi aku bilang ke Hera, kalo tiba – tiba perutku sakit, aku mau ketoilet aja. Hera memaklumi alasan kami, terus ke kantin sendirian kaya pendekar. 
       Aku langsung menuju ke taman sekolah, sudah tidak sabar rasanya ingin cepat tahu siapa sebenarnya orang misterius itu. Tiba – tiba si Hendra yang lagi jalan sendirian dateng nyamperin aku. Aku langsung terkejut di buatnya, apakah dia orang misterius itu yang nyuruh aku kesini, menemuinya. Apakah dia orangnya. Benarkah orang misterius itu si Hendra.
“Kamu udah dari tadi disini Na. sendirian?” tanyanya padaku.
“Iya” jawabku yang masih nggak percaya kalo orang misterius itu si Hendra.
"katanya kamu di panggil BK, kenapa kesini" 
“Pak Yanto nya nggak ada di ruangan Na hehe. Eh Nana kamu tunggu di sini sebentar ya. Sebentarrr aja”. 
Nggak lama kemudian Hendra datang bawa gitar, terus nyanyi di depan aku yang sontak langsung menarik perhatian siswa – siswa yang lain, berkerumun ngeliatin atraksi si Hendra, dan aku yang berdiri terpaku masih nggak nyangka kalo Hendra orangnya, si orang misterius itu. Setelah lagu selesai di nyanyiin, tiba – tiba Hendra langsung berlutut di hadapanku, lalu di ambil sekuntum bunga mawar merah dari sakunya dan berkata
“Nana, aku nggak perlu lagi waktu lama untuk memendam rasa ini. Aku suka sama kamu Na. kamu mau nggak jadi pacar aku”. 
Dari kerumunan para siswa pun berteriak menyorakkan satu kata yaitu “terima, terima, terima”. Aku bener – benar tegang dan tersipu malu dibuatnya. Aku langsung anggukan kepala aja yang mengisyaratkan jawabaan iya dari pertanyaan Hendra, orang misteriusku itu. Sontak suara ciye – ciye pun bertebaran di mana – mana. Akhirnya kami pun berpacaran, kalo di buat ftv sih ini cocoknya di beri judul Temen jadi demen. 
       Hampir seminggu aku dan Hendra berpacaran, Hendra nggak berubah sama konyolnya sama Hendra yang dulu, begitupun kebiasaan buruk kentut sembarangannya. Waktu kemarin kami nonton di bioskop, pas adegan tegang – tegangnya, tiba – tiba dia kentut, nggak sengaja katanya. Sontak penonton yang lain pun saling menzolimi satu sama lain sambil tutup hidung kebauan. Kami memang sering habiskan waktu bersama, berangkat bareng, di sekolah bareng, pulang bareng, makan mie ayam bareng, dan lain - lain. Tapi aku rasa ada yang beda dari persahabatan kami, yang kelihatan jarang bareng – bareng lagi. Si Hera sering izin, soalnya buat latihan kejuaraan Karate antar sekolah dalam waktu dekat ini. Si Jojo akhir – akhir ini sikapnya agak beda, lebih pendiem dan sering ngelamun, kalo di ajak ke kantin selalu nolak, Jojo emang gitu kalo lagi punya masalah, diem dan senang menyendiri, kalo di tanya kenapa pasti diem aja.
       Dan sudah tiga hari ini Hendara nggak berangkat sekolah, nggak ngasih kabar juga. Jojo dan Hera juga nggak tahu Hendra kenapa. Aku bener – bener khawatir soalnya nggak biasanya dia kaya gini. Rencananya nanti pulang sekolah kami mau ke rumah Hendra cari tahu udah tiga hari nggak berangkat kenapa. 
       Sepulang sekolah kami pun langsung bergegas ke rumah Hendra, tapi betapa terkejutnya kami melihat bendera kuning di depan rumahnya dan ramai orang berdatangan. Pikiranku pun di penuhi prasangka yang tidak - tidak. Siapa yang meninggal. Kami langsung bergegas masuk dan betapa terkejutnya kami melihat jasad Hendra yang terbujur kaku, orang – orang membacakan surat yasin, keluarga Hendra menangis terisak di samping jenazahnya. Aku langsung menghampiri Hendra yang kini sedang tertidur pulas, yang tak akan bangun lagi. Aku menangis sejadi – jadinya. Begitupun Hera dan Jojo. Kami masih nggak yangka kalo Hendra bakal pergi secepat ini, tanpa ada pamit dan salam perpisahan darinya.
       Ibu Hendra menghampiri kami, dan berusaha menenangkan kami. Ibu Hendra cerita kalo Hendra tiga hari ini nggak berangkat sekolah karena di rawat di rumah sakit, karena penyakit infeksi saluran pernafasan yang di deritanya, Hendra sempat berpesan pada ibunya untuk tidak memberitahu keadaannya pada kami. Namun takdir berkata lain, tuhan terlalu cepat memanggilnya, menjemputnya untuk meninggalkan kita semua, termasuk aku. Ibu Hendra lalu memberikan sebuah surat dari Hendra yang di titipkan kepadanya untuk di berikan padaku. Aku tidak kuasa mengantar Hendra sampai ke peristirahatan terakhirnya. Dan surat itu langsung aku baca di rumah.

Terima kasih untuk hari – hari terakhirku yang indah ini bersamamu Na. Terima kasih sudah menjadi seseorang yang spesial di hidupku. Kamu jangan sedih ya. Temukan bahagiamu lagi. Jojo sangat menyayangimu. Inget, kamu nggak boleh sedih lagi ya.

       Aku nangis baca surat dari Hendra dan kaget kenapa dia bilang kalo Jojo sangat menyayangiku. Keesokan harinya, aku ceritaiin itu semua ke Hera. Tapi hari ini Jojo nggak berangkat sekolah, nggak tau kenapa. 
“Jojo memang suka sama kamu Na. dia yang ngirimin kamu surat, bunga mawar, dan kado DVD itu. Dia juga yang ngirim surat yang isinya kamu di suruh menemuinya di taman saat istirahat kedua, buat ngungkapin perasaannya ke kamu. Tapi katanya tiba – tiba pas dia mau nyamperin kamu, si Hendra nyamperin kamu duluan, terus nembak kamu. Hatinya seketika itu hancur. Dia cerita semuanya sama aku, dan nyuruh aku buat nggak kasih tahu kamu, karena nggak mau merusak kebahagiaan kalian, dan sore ini dia sama keluarganya mau pindah ke Kalimantan karena ayahnya di pindah tugaskan di sana. Itu pun aku nggak boleh ngasih tahu kamu juga, tapi aku nggak sanggup ngerahasiain itu semua dari kamu Na.” 
Sontak aku bener – bener kaget mendengarkan pernyataan dari Hera. 
“Harusnya kamu tuh ngasih tahu itu semua ke aku dari dulu, Ra. Sekarang aku ngrasa bersalah banget sama Jojo. Aku harus ketemu Jojo Ra” jawabku yang masih nggak bisa nahan air mata ini dengerin penjelasan dari Hera tadi. 
       Sepulang sekolah aku dan Hera langsung bergegas pergi ke rumah Jojo, terlihat Jojo yang sedang memasukkan barang – barang ke dalam mobil, ia bener – bener mau pindah. Seketika ia langsung terkejut melihat aku dan Hera yang datang ke rumahnya. Aku langsung menghampirinya.
“Jojo, kenapa kamu harus pergi juga” tanyaku yang tak kuasa menahan air mata ini.
“Ayahku di pindah tugaskan di Kalimantan Na, aku dan keluargaku juga harus ikut pindah kesana” 
“Tapi Jo, aku nggak mau kamu pergi. Kamu kan orang misterius yang ngirim surat, bunga, dan kado itu ke aku. Kamu juga kan orang yang nyuruh aku ke taman buat nemui kamu. Kamu kan orangnya. Tapi aku malah ngira orang itu Hendra. Kenapa kamu nggak pernah bilang sama aku sih Jo” tanyaku dengan nada marah dan kesal menahan sesal sambil menangis
“Aku nggak mau jadi orang yang seketika merusak kebahagiaan orang – orang yang aku sayangi Na. Khususnya kamu” 
“Tapi Jo, aku ngrasa bersalah banget sama kamu, aku udah kecewain kamu, udah sakitin hati kamu. Kamu jangan pergi Jo. Aku juga sayang banget sama kamu Jo”.
“Tapi Na aku harus pergi, aku juga dari dulu sayang banget sama kamu. Tunggu aku ya Nana, aku pasti kembali untukmu Na”. 
       Jojo pun masuk ke dalam mobil yang terlihat orang tuanya udah nungguin dia dari tadi. Masih terus ku pandangi mobil Jojo yang melaju semakin jauh, menjauh dan kemudian hilang dari pandangan mata. Aku bener – bener nggak kuat nahan air mata ini, seolah terus mengalir tiada mau berhenti. Hera pun berusaha menenangkan aku.
Jojo aku di sini menunggumu kembali untukku. Aku menunggumu. Aku nggak terlambat kan untuk mencintaimu. 

       Kadang kita memang tidak menyadari adanya orang yang begitu besar menyayangi kita. Begitu banyak pengorbanan yang di lakukan olehnya, namun sekali lagi, kita benar – benar tidak tahu dan tidak menyadarinya. Ketika kita sadar akan adanya orang itu, ia malah pergi, bukan karena ia lelah dan berusaha untuk berhenti mengejar, namun karena keadaan yang memaksanya untuk meninggalkan, dan di saat itu pula kita baru menyadari betapa besar pengorbanan yang pernah ia beri, dan kita baru akan sangat merindukan hal – hal kecil yang pernah ia lakukan dulu. Kadang juga kita memang di pertemukan dengan cinta yang belum tepat untuk pada akhirnya kita di pertemukan dengan cinta kita yang sebenarnya. Biar waktu yang menggungkap, kepada siapa hati ini terperangkap. Karena cinta tak akan pernah lelah menanti waktu untuk menjawab. 



Cerpen ini hanyalah fiktif belaka mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian..
Terima kasih sudah membaca cerpen saya.
Triple-S (salamsupersiti)
kriiiikkkk