Judul
: Cinta yang belum tepat
Karangan : Siti Al Kharomah
Kategori : Cerpen Cinta remaja
Cerpil (cerpen pilu)
Karangan : Siti Al Kharomah
Kategori : Cerpen Cinta remaja
Cerpil (cerpen pilu)
Kami
bersahabat sudah cukup lama, sejak awal masuk SMA ini, berbagai hal sering kami
lakukan bersama. Layaknya upil dan bulu hidung, mungkin itu pengibaratan yang
cocok untuk kami berempat. Selalu nempel, dan tetap kompak terus pastinya.
Kenalin,
sahabat aku, si tomboy yang jago karate, Herawati Sukma namanya. Panggil saja
Hera karena ia nggak bakal noleh kalo di panggil Wati ataupun Sukma, karena
katanya nama – nama itu udah di pake sama tetangga di kompleksnya. Terus ada
juga si ganteng yang sering kentut sembaranagan namanya Hendra Galuh, dia juga
yang paling suka bercanda, dan selalu bisa mencairkan suasana, kalo ada dia di
jamin nggak bakal garing deh pokoknya. Satu lagi, cowok berkaca mata dan punya
lesung pipit yang mirip Afgan. Namanya Nandar Atmojo, biasa di panggil Jojo dia
yang paling jago matematika, rumus – rumus matematika, akar kuadrat, akar alang
– alang, akar tunggang, akar serabut, di lahap habis olehnya. Dan yang
terakhir, kenalin namaku Hasna Karina, panggil aja Nana. Dan ini cerita kami.
Bel
istirahat berbunyi menandakan usainya mapel Matematika yang melelahkan ini tapi
tidak untuk Jojo pastinya. Kami berempat pun lekas menuju kantin. Di kantin
tiba – tiba Hendra bilang kalo kita boleh makan sepuasnya karena hari ini dia
yang tlaktir.
“Kalian mau pesen apa,
Na, Ra, Jo. Bilang aja, hari ini aku yang tlaktir, seeeepwuuasnyaaaa, hwohoho”
tanya Hendra pada kami bertiga.
“Tumben – tumbennya kamu
mau nlaktir kita, dalam rangka apa nih critanya?” jawab Hera yang terheran –
heran.
“Hehe, semalem aku habis
bongkar celengan soalnya”
“Bongkar celengan?, buat
apa emangnya?” tanyaku pada Hendra.
“Iya Na, soalnya aku tuh
mau beli jam tangan G-shock yang udah lama aku kepengen banget di toko jam
sebelah toko buku loak itu tu. Kamu juga mau Na, kalo mau, nanti aku beliin
juga buat kamu deh. hehe” jawab Hendra.
“Aku mau tuh Ndra”
timpal Hera yang langsung aja nyosor tawaran yang padahal Hendra kasih ke aku.
“Nggak nanya kamu tuh,
wek” balas Hendra sambil meletin lidahnya. Aku cukup senyum – senyum aja
ngeliatin kelakuan mereka.
“Oh jam tangan yang itu
Ndra, iya sih bagus, harganya juga nggak kalah bagus” timpal Jojo yang seolah
tahu jam tangan yang Hendra maksud.
Kami
menikmati semangkuk Bakso dan segelas Es teh manis tlaktiran Hendra. Kami juga
larut dalam canda tawa, di mana aku sampai terpingkal – pingkal melihat bibir
ndower Hendra yang kepedesan. Karena menantang dirinya sendiri, katanya
berapapun sendok sambel yang di masukkan ke mangkuk baksonya nggak ada apa –
apanya. Hera langsung aja nuangin sepuluh sendok sambel ke mangkuk bakso
Hendra. Ia lahap aja sambil nahan gengsi karena perkataannya tadi, wajahnya
memerah dan bibirnya ndower, lalu terbirit – birit menuju toilet sambil
memegangi perutnya yang katanya terasa panas dan meninggalkan kami bertiga
dengan kentutnya yang busyet baunya harum kaggak ketulungan, seharum aroma
bunga Raflesia Arnoldi.
Tadi pas makan bakso aku
juga sempat melihat Jojo yang diam – diam memandangiku tanpa berkedip, Aku
hanya bersangka ia sedang memikirkan sesuatu, yang hanya saja nggak sengaja
tatapan matanya yang berkaca mata itu kebetulan mengarah padaku.
Dan akhir
– akhir ini aku sering dapat kiriman dari orang yang nggak aku kenal. Hari
pertama aku dapet sepucuk surat yang amplopnya berwarna ungu yang terselip di
dalam tasku, Hari berikutnya juga begitu, seikat mawar merah di laci
meja, hari berikutnya lagi ada kado dan sepucuk surat beramplop coklat. Aku
tidak tahu siapa pengirimnya.
Aku
buka dan aku baca kiriman dari orang misterius itu di rumah. Sepucuk surat
beramplop ungu di hari pertama berisi sebuah puisi singkat yang indah.
Kepada angin yang
berhembus pelan
Sampaikanlah rasa kepada
yang kutuju
Karena terlalu sesak
rongga hati ini
menyimpan rasa yang
tiada terperi
padamu, semoga kau
mengerti
Lalu kiriman di hari
kedua, sekuntum mawar merah, yang aku yakin sih itu bukan mawar yang di beli di
toko bunga, karena masih banyak duri yang menempel di batangnya. Kiriman di
hari ketiga berupa kado berbentuk kotak pipih yang di dalamnya ternyata DVD
yang berisi lagu – lagu dari band yang aku suka dan sebuah amplop coklat yang
menyertainya.
Nikmatilah lagu –
lagunya
Semoga kau suka
Aku
semakin penasaran di buatnya, siapa pengirimnya. Apa arti dari sepucuk surat
berisi puisi indah itu, juga bunga mawar itu, dan kado berupa DVD yang berisi
lagu – lagu dari band yang aku suka, kenapa dia juga tahu apa yang kusuka,
siapa dia, siapa? Pertanyaan itu terus memenuhi kepalaku. Akan ku cari tahu
siapa dia, orang misterius ini.
Dan
lagi – lagi hari ini aku dapat sepucuk surat, beramplop merah di laci mejaku,
langsung aja aku buka dan aku baca isinya.
Aku tunggu ya, di taman
sekolah nanti pas istirahat ke dua
Singkat, padat, dan
jelas. Aku semakin penasaran di buatnya, Siapa orang ini, yang pasti akan ku
temuinya nanti. Dan aku semakin tidak sabar menunggu waktu istirahat ke dua.
Istirahat pertama seperti biasa, aku ke kantin bareng Hera, Jojo dan juga
Hendra, ngobrol, ketawa bareng. Tapi ada yang aneh dengan sikap Hendra, dia
keliatan kaya orang yang lagi kesambet, sering senyum – senyum sendiri, dan
kelihatan seneng banget hari ini, kalo di tanya dia cuma senyum aja, si Jojo
malah jadi tambah pendiem dan kelihatan kaya orang tegang gitu wajahnya. Pas
istirahat ke dua, Hera ngajak kami ke kantin. Jojo menolaknya, katanya dia mau
ke Perpus, mau pinjem buku, tapi wajahnya kelihatan tegang gitu. Si Hendra juga
nggak bisa soalnya tadi di panggil guru BP, karena ketahuan loncat pagar
sekolah kemarin. Aku juga nggak bisa, aku kan mau mau ketemu orang misterius
itu, tapi aku bilang ke Hera, kalo tiba – tiba perutku sakit, aku mau ketoilet
aja. Hera memaklumi alasan kami, terus ke kantin sendirian kaya pendekar.
Aku
langsung menuju ke taman sekolah, sudah tidak sabar rasanya ingin cepat tahu
siapa sebenarnya orang misterius itu. Tiba – tiba si Hendra yang lagi jalan
sendirian dateng nyamperin aku. Aku langsung terkejut di buatnya, apakah dia
orang misterius itu yang nyuruh aku kesini, menemuinya. Apakah dia orangnya.
Benarkah orang misterius itu si Hendra.
“Kamu udah dari tadi
disini Na. sendirian?” tanyanya padaku.
“Iya” jawabku yang masih
nggak percaya kalo orang misterius itu si Hendra.
"katanya kamu di panggil BK, kenapa kesini"
“Pak Yanto nya nggak ada di ruangan Na hehe. Eh Nana kamu tunggu di sini
sebentar ya. Sebentarrr aja”.
Nggak lama kemudian
Hendra datang bawa gitar, terus nyanyi di depan aku yang sontak langsung
menarik perhatian siswa – siswa yang lain, berkerumun ngeliatin atraksi si
Hendra, dan aku yang berdiri terpaku masih nggak nyangka kalo Hendra orangnya,
si orang misterius itu. Setelah lagu selesai di nyanyiin, tiba – tiba Hendra
langsung berlutut di hadapanku, lalu di ambil sekuntum bunga mawar merah dari
sakunya dan berkata
“Nana, aku nggak perlu
lagi waktu lama untuk memendam rasa ini. Aku suka sama kamu Na. kamu mau nggak
jadi pacar aku”.
Dari kerumunan para
siswa pun berteriak menyorakkan satu kata yaitu “terima, terima, terima”. Aku
bener – benar tegang dan tersipu malu dibuatnya. Aku langsung anggukan kepala
aja yang mengisyaratkan jawabaan iya dari pertanyaan Hendra, orang misteriusku
itu. Sontak suara ciye – ciye pun bertebaran di mana – mana. Akhirnya kami pun
berpacaran, kalo di buat ftv sih ini cocoknya di beri judul Temen jadi demen.
Hampir
seminggu aku dan Hendra berpacaran, Hendra nggak berubah sama konyolnya sama
Hendra yang dulu, begitupun kebiasaan buruk kentut sembarangannya. Waktu kemarin
kami nonton di bioskop, pas adegan tegang – tegangnya, tiba – tiba dia kentut,
nggak sengaja katanya. Sontak penonton yang lain pun saling menzolimi satu sama
lain sambil tutup hidung kebauan. Kami memang sering habiskan waktu bersama, berangkat
bareng, di sekolah bareng, pulang bareng, makan mie ayam bareng, dan lain - lain. Tapi aku rasa ada
yang beda dari persahabatan kami, yang kelihatan jarang bareng – bareng lagi.
Si Hera sering izin, soalnya buat latihan kejuaraan Karate antar sekolah dalam
waktu dekat ini. Si Jojo akhir – akhir ini sikapnya agak beda, lebih pendiem
dan sering ngelamun, kalo di ajak ke kantin selalu nolak, Jojo emang gitu kalo
lagi punya masalah, diem dan senang menyendiri, kalo di tanya kenapa pasti diem
aja.
Dan
sudah tiga hari ini Hendara nggak berangkat sekolah, nggak ngasih kabar juga.
Jojo dan Hera juga nggak tahu Hendra kenapa. Aku bener – bener khawatir soalnya
nggak biasanya dia kaya gini. Rencananya nanti pulang sekolah kami mau ke rumah
Hendra cari tahu udah tiga hari nggak berangkat kenapa.
Sepulang
sekolah kami pun langsung bergegas ke rumah Hendra, tapi betapa terkejutnya
kami melihat bendera kuning di depan rumahnya dan ramai orang berdatangan.
Pikiranku pun di penuhi prasangka yang tidak - tidak. Siapa yang meninggal.
Kami langsung bergegas masuk dan betapa terkejutnya kami melihat jasad Hendra
yang terbujur kaku, orang – orang membacakan surat yasin, keluarga Hendra
menangis terisak di samping jenazahnya. Aku langsung menghampiri Hendra yang
kini sedang tertidur pulas, yang tak akan bangun lagi. Aku menangis sejadi –
jadinya. Begitupun Hera dan Jojo. Kami masih nggak yangka kalo Hendra bakal
pergi secepat ini, tanpa ada pamit dan salam perpisahan darinya.
Ibu
Hendra menghampiri kami, dan berusaha menenangkan kami. Ibu Hendra cerita kalo
Hendra tiga hari ini nggak berangkat sekolah karena di rawat di rumah sakit,
karena penyakit infeksi saluran pernafasan yang di deritanya, Hendra sempat
berpesan pada ibunya untuk tidak memberitahu keadaannya pada kami. Namun takdir
berkata lain, tuhan terlalu cepat memanggilnya, menjemputnya untuk meninggalkan kita semua,
termasuk aku. Ibu Hendra lalu memberikan sebuah surat dari Hendra yang di
titipkan kepadanya untuk di berikan padaku. Aku tidak kuasa mengantar Hendra
sampai ke peristirahatan terakhirnya. Dan surat itu langsung aku baca di rumah.
Terima kasih untuk hari
– hari terakhirku yang indah ini bersamamu Na. Terima kasih sudah menjadi
seseorang yang spesial di hidupku. Kamu jangan sedih ya. Temukan bahagiamu
lagi. Jojo sangat menyayangimu. Inget, kamu nggak boleh sedih lagi ya.
Aku
nangis baca surat dari Hendra dan kaget kenapa dia bilang kalo Jojo sangat
menyayangiku. Keesokan harinya, aku ceritaiin itu semua ke Hera. Tapi hari ini
Jojo nggak berangkat sekolah, nggak tau kenapa.
“Jojo memang suka sama
kamu Na. dia yang ngirimin kamu surat, bunga mawar, dan kado DVD itu. Dia juga
yang ngirim surat yang isinya kamu di suruh menemuinya di taman saat istirahat
kedua, buat ngungkapin perasaannya ke kamu. Tapi katanya tiba – tiba pas dia
mau nyamperin kamu, si Hendra nyamperin kamu duluan, terus nembak kamu. Hatinya
seketika itu hancur. Dia cerita semuanya sama aku, dan nyuruh aku buat nggak
kasih tahu kamu, karena nggak mau merusak kebahagiaan kalian, dan sore ini dia
sama keluarganya mau pindah ke Kalimantan karena ayahnya di pindah tugaskan di
sana. Itu pun aku nggak boleh ngasih tahu kamu juga, tapi aku nggak sanggup
ngerahasiain itu semua dari kamu Na.”
Sontak aku bener – bener
kaget mendengarkan pernyataan dari Hera.
“Harusnya kamu tuh
ngasih tahu itu semua ke aku dari dulu, Ra. Sekarang aku ngrasa bersalah banget
sama Jojo. Aku harus ketemu Jojo Ra” jawabku yang masih nggak bisa nahan air
mata ini dengerin penjelasan dari Hera tadi.
Sepulang
sekolah aku dan Hera langsung bergegas pergi ke rumah Jojo, terlihat Jojo yang
sedang memasukkan barang – barang ke dalam mobil, ia bener – bener mau pindah.
Seketika ia langsung terkejut melihat aku dan Hera yang datang ke rumahnya. Aku
langsung menghampirinya.
“Jojo, kenapa kamu harus
pergi juga” tanyaku yang tak kuasa menahan air mata ini.
“Ayahku di pindah
tugaskan di Kalimantan Na, aku dan keluargaku juga harus ikut pindah kesana”
“Tapi Jo, aku nggak mau
kamu pergi. Kamu kan orang misterius yang ngirim surat, bunga, dan kado itu ke
aku. Kamu juga kan orang yang nyuruh aku ke taman buat nemui kamu. Kamu kan
orangnya. Tapi aku malah ngira orang itu Hendra. Kenapa kamu nggak pernah
bilang sama aku sih Jo” tanyaku dengan nada marah dan kesal menahan sesal
sambil menangis
“Aku nggak mau jadi
orang yang seketika merusak kebahagiaan orang – orang yang aku sayangi Na.
Khususnya kamu”
“Tapi Jo, aku ngrasa
bersalah banget sama kamu, aku udah kecewain kamu, udah sakitin hati kamu. Kamu
jangan pergi Jo. Aku juga sayang banget sama kamu Jo”.
“Tapi Na aku harus
pergi, aku juga dari dulu sayang banget sama kamu. Tunggu aku ya Nana, aku
pasti kembali untukmu Na”.
Jojo
pun masuk ke dalam mobil yang terlihat orang tuanya udah nungguin dia dari
tadi. Masih terus ku pandangi mobil Jojo yang melaju semakin jauh, menjauh dan
kemudian hilang dari pandangan mata. Aku bener – bener nggak kuat nahan air
mata ini, seolah terus mengalir tiada mau berhenti. Hera pun berusaha menenangkan
aku.
Jojo aku di sini
menunggumu kembali untukku. Aku menunggumu. Aku nggak terlambat kan untuk
mencintaimu.
Kadang
kita memang tidak menyadari adanya orang yang begitu besar menyayangi kita.
Begitu banyak pengorbanan yang di lakukan olehnya, namun sekali lagi, kita
benar – benar tidak tahu dan tidak menyadarinya. Ketika kita sadar akan adanya
orang itu, ia malah pergi, bukan karena ia lelah dan berusaha untuk berhenti
mengejar, namun karena keadaan yang memaksanya untuk meninggalkan, dan di saat itu
pula kita baru menyadari betapa besar pengorbanan yang pernah ia beri, dan kita
baru akan sangat merindukan hal – hal kecil yang pernah ia lakukan dulu. Kadang
juga kita memang di pertemukan dengan cinta yang belum tepat untuk pada
akhirnya kita di pertemukan dengan cinta kita yang sebenarnya. Biar waktu yang
menggungkap, kepada siapa hati ini terperangkap.
Karena cinta tak akan pernah lelah menanti waktu untuk menjawab.
Cerpen ini hanyalah
fiktif belaka mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian..
Terima kasih sudah
membaca cerpen saya.
Triple-S (salamsupersiti)
kriiiikkkk